Seorang anak ingin makan dimulai dari rangsangan rasa lapar dan keinginan untuk makan. Lapar ini merupakan kebutuhan fisiologis untuk makan, dan pengaturan rasa lapar Ini dikontrol oleh hipotalamus di bagian otak kita. Sejak tahun 1950-an, menemukan bahwa hipotalamus mengatur rasa lapar, dengan penemuan bahwa salah satu bagian hipotalamus yang meningkatkan rasa lapar Sedangkan di bagian lain ditemukan penurunan rasa lapar atau menolak untuk makan. Perbedaan rasa lapar dan selera makan didasari bahwa rasa lapar merupakan kebutuhan fisiologis makanan, sedangkan selera makan merupakan keinginan untuk mendapatkan kepuasan dari makanan didasari pengalaman makanan sebelumnya.
Perilaku makan seseorang dipengaruhi oleh tiga faktor yang berkesinambungan. Pertama-tama dimulai dengan rasa lapar, seseorang akan mengatakan "saya lapar", lalu setelah makan dipenuhi maka seseorang akan merasa puas/ nikmat dan kenyang, ("saya sudah kenyang"/satatiation). setelah kenyang selera makan dan keinginan untuk makan kembali (satiety) dipengaruhi seorang anak, sampai timbul rasa lapar kembali. Terjadi seperti siklus yang berulang-ulang dalam proses makan. Dengan terganggunya selera makan yang sering dialami oleh seorang anak, maka siklus ini tidak berjalan normal karena nafsu makan yang makin menurun.
Penyebab penurunan selera makan anak
Bila terjadi sulit makan pada anak, umumnya disebabkan oleh gangguan selera makan atau tidak nafsu makan akibat beberapa faktor yang dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Faktor emosi
- Misalnya adanya perubahan lingkungan, urban pengasuh, orang tua bepergian, untuk makan atau menghabiskan makanan tertentu yang dapat menurunkan selera makan anak.
2. Faktor fisik
- Kelainan neuro-motorik misalnya cerebral palsy, inkoordinasi fairing, kelainan laring atau kelainan esophagus menyebabkan kesukaran menelan
- Kelainan kongenital (bawaan lahir) televisi sehingga sulit untuk mengunyah atau mengolah makanan di mulut, misalnya kelainan langit-langit.
- Kelainan rahang, kelainan lidah, obstruksi( penyumbatan) esofagus, usus halus juga menyulitkan anak untuk memakan atau menimbulkan muntah.
3. Faktor fisiologis
- Penurunan kebutuhan makan pada periode tertentu. Pada masa pertumbuhan, kebutuhan makan pada anak meningkat namun, selera makan anak biasanya menurun ketika anak mulai memasuki usia 3 tahun. Selama pertumbuhan dan perkembangan anak normal, selera makan yang menurun masih merupakan hal yang normal.
4. Faktor penyakit
- Misalnya: Gangguan kode mulut. Adanya gusi bengkak, sariawan, gigi berlubang atau patah menyebabkan anak sulit untuk mengunyah dan menggigit makanan sehingga enggan untuk makan. Sedangkan pada saat tumbuh gigi dapat menyebabkan gangguan selera makan anak.
- Adanya penyakit infeksi akut atau menahun biasanya merupakan penyebab turunnya selera makan.
5. Faktor gizi
- Kekurangan gizi, terutama kalori dan protein yang dikenal sebagai malnutrisi energi protein, menimbulkan gejala anoreksia (tidak nafsu makan), karena produksi enzim pencernaan dan asam lambung yang kurang dan anak menjadi apatis, sehingga selera makan menjadi tidak ada. Kekurangan asam amino sebagai komponen dari protein (lisin) sering pula menyebabkan anoreksia. Kekurangan zat besi sering juga menimbulkan anoreksia, biasanya karena anak kurang mengonsumsi variasi makanan yang mengandung zat besi dan hanya minum susu yang mengandung zat besi rendah.
6. Faktor obat-obatan
- Misalnya: Pemberian obat-obatan tertentu dapat menyebabkan penurunan selera makan misalnya jenis antibiotik tertentu, steroid, pemberian hormon atau kemoterapi untuk pengobatan kanker
7. Faktor lingkungan
- Misalnya: Suasana makan di dalam keluarga yang menyenangkan sehingga menurunkan selera makan anak. Adanya distraksi/gangguan perhatian dari lingkungan, biasanya pada waktu anak sudah mulai bisa berjalan (mulai usia 12-14 bulan), ia lebih senang memperhatikan sekitarnya dan jalan-jalan duduk untuk makan.
Penyakit/kelainan yang dapat bukan penurunan selera makan
Selera makan pada anak Padang masih merupakan hal normal, selama anak tampak sehat, tidak lesu, tidak ada tanda-tanda menderita suatu penyakit dan terjadi penurunan berat badan. Namun, bila mulai tampak tanda-tanda penyakit. Berat badan yang menurun terus dan anak tidak dapat melakukan aktivitas seperti biasanya, perlu diwaspadai bahwa penurunan selera makan merupakan salah satu gejala penyakit penyakit sebagai berikut:
1. Infeksi
Beberapa penyakit infeksi kronis yang sering menyebabkan penurunan selera makan seperti: Tuberkulosis(TBC), malaria, infeksi virus hepatitis, atau infeksi cacing. Adanya infeksi akut seperti faringitis, esofagitis menyebabkan sakit menelan sehingga anak tidak nafsu makan. Adanya demam karena infeksi menyebabkan penurunan selera makan, sementara dan demam yang terus menerus dalam jangka waktu tertentu bahkan dapat menurunkan berat badan anak.
2. Non infeksi
Selera makan pada anak Padang masih merupakan hal normal, selama anak tampak sehat, tidak lesu, tidak ada tanda-tanda menderita suatu penyakit dan terjadi penurunan berat badan. Namun, bila mulai tampak tanda-tanda penyakit. Berat badan yang menurun terus dan anak tidak dapat melakukan aktivitas seperti biasanya, perlu diwaspadai bahwa penurunan selera makan merupakan salah satu gejala penyakit penyakit sebagai berikut:
1. Infeksi
Beberapa penyakit infeksi kronis yang sering menyebabkan penurunan selera makan seperti: Tuberkulosis(TBC), malaria, infeksi virus hepatitis, atau infeksi cacing. Adanya infeksi akut seperti faringitis, esofagitis menyebabkan sakit menelan sehingga anak tidak nafsu makan. Adanya demam karena infeksi menyebabkan penurunan selera makan, sementara dan demam yang terus menerus dalam jangka waktu tertentu bahkan dapat menurunkan berat badan anak.
2. Non infeksi
penyakit bawaan diluar rongga mulut dan saluran cerna seperti penyakit jantung bawaan, diabetes, leukemia (kanker darah), celebral palsy, kelainan hormon hipotiroid dapat menyebabkan gangguan sulit makan pada anak.
3. Gangguan pencernaan
Ada ulkus (luka) di lambung, usus halus, diare akut dan kronis atau kelainan absorpsi menyebabkan anak tidak mau makan. Gejala-gejala diare,, mual, muntah kadang menyertai suatu gangguan sistem pencernaan. Terkadang, anak tidak dapat mengatakan keluhan sebenarnya, dan hal ini mempersulit orang tua untuk mengetahui bila menderita gangguan pencernaan.
4. Gangguan mental/emosi
Adanya gangguan mental dan masalah psikologis lain pada anak dapat menyebabkan anak mengalami sulit makan. Untuk menanggulanginya, perlu bantuan konsultasi ke dokter ahli jiwa atau psikolog. Apabila gejala penurunan selera makan disertai kelainan/penyakit yang termasuk di atas, maka Penanganannya memerlukan konsultasi ke dokter untuk diatasi lebih lanjut, pada beberapa kasus, sulit makan pada anak memerlukan tim ahli yang terdiri atas dokter anak, dokter gizi, psikolog, dokter bedah atau bahkan ahli fisioterapi misalnya untuk melatih anak dengan kesukaran mengisap, latihan untuk menggigit, menelan atau menggunakan gigi untuk makan yang agak keras.
3. Gangguan pencernaan
Ada ulkus (luka) di lambung, usus halus, diare akut dan kronis atau kelainan absorpsi menyebabkan anak tidak mau makan. Gejala-gejala diare,, mual, muntah kadang menyertai suatu gangguan sistem pencernaan. Terkadang, anak tidak dapat mengatakan keluhan sebenarnya, dan hal ini mempersulit orang tua untuk mengetahui bila menderita gangguan pencernaan.
4. Gangguan mental/emosi
Adanya gangguan mental dan masalah psikologis lain pada anak dapat menyebabkan anak mengalami sulit makan. Untuk menanggulanginya, perlu bantuan konsultasi ke dokter ahli jiwa atau psikolog. Apabila gejala penurunan selera makan disertai kelainan/penyakit yang termasuk di atas, maka Penanganannya memerlukan konsultasi ke dokter untuk diatasi lebih lanjut, pada beberapa kasus, sulit makan pada anak memerlukan tim ahli yang terdiri atas dokter anak, dokter gizi, psikolog, dokter bedah atau bahkan ahli fisioterapi misalnya untuk melatih anak dengan kesukaran mengisap, latihan untuk menggigit, menelan atau menggunakan gigi untuk makan yang agak keras.